Rabu, 29 Juli 2009

Konsep Berkehidupan Dalam Cerita Naruto dan Avatar

2 cerita fiksi tersebut mengandung banyak hikmah yang dapat diambil pelajaran bagi orang-orang yang mau dan mampu. Mulai dari contoh sikap, keputusan, ucapan, dan pemikiran yang lebih tepat dalam konteks tertentu. Dalam suatu sudut pandang, kedua cerita tersebut termasuk cerita biografis. Juga cerita yang menggambarkan kehidupan dan perang, dua sisi yang terkira tidak searah. Kehidupan terancam oleh perang dan begitu juga perang dapat terancam oleh kehidupan. Pada bagian ini hanya saya tujukkan dua:

BERADA DALAM TAKDIR KEHIDUPAN YANG SULIT
Aang memang tidak bisa berbuat apa-apa ketika sukunya(pengembara udara) dipunahkan oleh kerajaan api. Pada saat itu ia memang melarikan diri dari bhiksu2nya karena setelah itahu bahwa dirinya adalah the next avatar, ia diperlakukan tidak sama oleh teman-teman sepermainannya. Keputusannya untuk minggat justru membuat ia selamat dari perburuan negara api selama 100 tahun lebih.
Naruto memang tidak ingat pula tidak tahu siapa orang tuanya. Ia hidup dan merasa sendiri, tidak punya keluarga dan kerabat, mayoritas warga Konohagakure tidak menyukainya. Ia dibenci karena mengandung(bukan hamil-ed) sebagian unsur/chakra/roh Siluman rubah berekor sembilan yang konon disegel di dalam perutnya oleh Hokage keempat karena dikendalikan untuk merusak Konoha. Keberadaanya tidak mendapat aspirasi masyarakat luas. Situasi dan kondisi sosial diskriminatif itu justru membuatnya memiliki dan berkomitmen untuk mencapai cita-cita besar, agar keberadaannya diakui seluruh warga konoha.
Menurut kita seberapa sulitkah takdir kehidupan yang kita terima? dan tentu sesulit apakah kita menerima dan menyikapinya?

PASTI ADA YANG MENDUKUNG
Setelah Aang tahu bahwa ia adalah satu-satunya pengembara udara yang terakhir, menjadi buronan utama negara api, ia masih sempat bermain dengan anak-anak suku air yang telah menemukannya. Setelah tertangkap untuk yang pertama kalinya oleh pasukan negara api yang dipimpin oleh zukho, dua anak suku air itu(sokka dan katara) pun berniat dan bisa membantunya untuk meloloskan diri. Dari sini Aang telah memiliki sahabat selanjutnya menjadi keluarga yang selalu mendukung, membantu, dan mendampinginya menemukan jati diri dan guru-gurunya.
Setelah Naruto masuk ke akademi ninja konoha ia mulai memiliki teman. Mencorat-coret maksiatur wajah para hokage(pemimpin2 konoha) membuatnya terkenal sebagai bocah pembuat onar. Dari keonarannya tersebut ia mendapatkan sahabat/kakak/guru yang memahami sikap dan sifatnya yang pertama, guru Iruka. Naruto merasa memiliki iruka tidak hanya sebagai guru, tapi juga sebagai keluarga. Ia merasa bahagia keberadaannya untuk yang pertama kali diakui.
Apakah kita merasa orang2 di sekitar kita ada yang mendukung kita? Apakah kita mengharapkan dukungan mereka? Sebaliknya seberapa besar kita mendukung mereka?